SLEMAN – JOGJABERITA.com | Sabtu malam (4 Oktober 2025), langit di atas Condongcatur menjadi ruang belajar terbuka. Puluhan warga berkumpul di Observatorium Griya Antariksa, Jalan Gejayan Soropadan, untuk merayakan International Observe the Moon Night (InOMN) 2025, sebuah perayaan global yang mengajak masyarakat dunia untuk menengadah dan mengamati bulan. International Observe the Moon Night (InOMN) merupakan acara tahunan yang diprakarsai oleh NASA bersama komunitas astronomi global sejak tahun 2009. Tahun ini menandai penyelenggaraan ke-17, dengan lebih dari 3.000 titik pengamatan tersebar di berbagai belahan dunia, termasuk 190 titik di Indonesia. Di Yogyakarta sendiri, kegiatan ini berlangsung di sekitar 8 titik pengamatan, yang tidak hanya diinisiasi oleh klub astronomi, tetapi juga oleh individu dan komunitas lokal yang turut berpartisipasi secara mandiri.
Acara bertajuk Public Open Night ini berlangsung pada Sabtu malam, mulai pukul 19.30 hingga 23.00 WIB, dan dibuka gratis untuk umum. Dalam kegiatan ini, Griya Antariksa berkolaborasi dengan Jogja Astro Club (JAC) dan Indonesia Islamic Astronomy Club (IIAC) untuk menghadirkan pengalaman astronomi yang tidak hanya bersifat edukatif, tetapi juga menyenangkan bagi seluruh kalangan.
Sebanyak 12 teleskop dan 4 binokuler disiapkan untuk mendukung pengamatan langsung ke permukaan bulan. Pengunjung diajak menyaksikan detail menakjubkan seperti kawah, dataran tinggi, hingga garis terminator yang membelah siang dan malam di permukaan lunar. Di sudut lain, anak-anak tampak antusias duduk melingkar mendengarkan dongeng astronomi, sementara remaja dan keluarga menikmati nonton bareng film bertema luar angkasa. Tak kalah menarik, permainan interaktif seperti rocket games dan astro games menjadi magnet tersendiri yang menambah semarak suasana malam itu. Bagaimana tidak hampir 50 anak-anak yang datang dari berbagai penjuru khsusunya kampung terdekat disuguhi permainan edukatif roket yang dilombakan, membuat mereka sangat menikmati perayaan INOMN malam itu.
Tri Sulastri, karyawan swasta asal Condongcatur, datang bersama anak-anaknya dan mengaku baru pertama kali melihat bulan melalui teleskop. “Saya terharu, ternyata bulan sedekat itu dan begitu detail. Anak-anak saya senang diajak ke sini. Saya jadi ingin belajar lebih banyak tentang luar angkasa,” ujarnya sambil tersenyum. Sementara itu, Andhika Prasetya, asal Sleman, datang bersama keluarganya dan merasa terkesan dengan antusiasme masyarakat yang hadir.
“Keren banget! Biasanya astronomi dianggap rumit, tapi malam ini terasa dekat dan menyenangkan. Rocket games-nya seru, dan filmnya bikin mikir tentang masa depan eksplorasi luar angkasa. Ini bukan cuma hiburan, tapi juga membuka wawasan,” jelasnya. Di sisi lain, Direktur Griya Antariksa Yogyakarta, Mutoha Arkanuddin, menegaskan pentingnya menjadikan astronomi sebagai bagian dari budaya belajar masyarakat. “Kami ingin menjadikan astronomi sebagai sarana edukasi, terutama bagi anak-anak, agar mereka mencintai antariksa dan tumbuh dengan semangat terhadap ilmu luar angkasa. Harapannya, Indonesia bisa mengejar ketertinggalan teknologi antariksa dari negara-negara lain seperti Amerika Serikat, Jepang, Cina, dan India yang bahkan telah berhasil mendaratkan wahana dan robot ke permukaan bulan,” ujarnya. Dengan semangat edukasi dan inklusivitas, Griya Antariksa tak hanya mengajak masyarakat menatap bulan, tetapi juga membuka ruang bagi rasa ingin tahu dan kecintaan terhadap ilmu pengetahuan. (Rahmat irawan wibowo)
