Prakarya ini pernah saya buat tahun awal tahun 2001 waktu itu saat mimpi memiliki teleskop tak pernah jadi nyata. Walaupun sekarang sudah ada beberapa teleskop pabrikan yang menggantikan namun sampai kini barangnya masih tersimpan sebagai kenangan. Namun demikian lika-liku untuk bisa mewujudkannya tidak sebentar, setidaknya semenjak masih kuliah dan aktif di kegiatan Kelompok Studi Fisika (KSF) FPMIPA IKIP Yogyakarta tahun 1988 ‘proyek’ ini dimulai.
Bagi kebanyakan astronom amatir baik yang sudah master maupun yang masih kroco seperti saya, memiliki sebuah teleskop yang canggih sekelas teleskop MEADE seri LX 200 Schmidt-Cassegrain merupakan hal yang sangat didambakan. Namun boro-boro memilikinya, megang aja belum pernah tuh barangnya. Katanya sih mampu melihat obyek langit dengan pembesaran 850 kali, ini wajar karena panjang fokus teleskop ini mencapai 3 meter, belum teknologi go-to yang mampu menjejak objek langit sampai 150.000 lokasi obyek secara otomatis karena dipandu oleh program komputernya lewat ‘hand controler’. Konon teleskop ini juga memiliki teknologi yang canggih yang disebut GPS (Global Positioning System) yang terhubung langsung dengan satelit sehingga bisa langsung mengetahui posisi pengamatan waktu itu. Teleskop ini juga bisa dihubungkan dengan CCD, kamera maupun video camera.
Kalau saya punya teleskop seperti ini mungkin setiap malam tidak pernah tidur, karena asyik ngintip langit… kecuali saat hujan atau mendung. Tidak hanya itu, teleskop ini juga memiliki keunggulan yang lain yaitu harganya sangat tidak cocok untuk kantong kita (katanya sih yang paling murah 25 juta dan paling gede diatas 100 juta wow..).
Tapi jangan khawatir, bagi yang kantongnya tipis kita bisa mencoba membuat teleskop sendiri walau hanya sebuah refraktor, dengan bahan-bahan yang relatif murah di sekitar kita diantaranya:
– lensa bekas fotokopi / lup / lensa cembung (biasanya memiliki fokus 25-60 cm)
– lensa obyektif mikroskop m=10x sd 20x
– lensa okuler mikroskop m=5x atau 12.5x
– pipa pralon 4″
– sambungan 4″-4″ = 2x dan 4″-2″=1x
– teleskop finder ( bisa digunakan binokuler yang kecil/diambil satu saja)
– penyangga (tripod) alt-azimuth
Yang pertama disebut mikroteleskop karena gabungan antara mikroskop dan teleskop. Prinsip kerja teleskop ini sebetulnya merupakan prinsip kerja sebuah mikroskop yang obyeknya berupa image yang dihasilkan oleh obyektif teleskop (lensa fotokopi). Menggunakan lensa lup (magnifier) yang besar juga bisa tapi kelemahannya fokusnya terlalu pendek akan terjadi pembiasan karena lensa tunggal dan biasanya lensa ini tidak mengalami proses coating (pelapisan) untuk mengurangi efek pembiasan. Sedangkan lensa fotokopi merupakan lensa gabungan sehingga dapat menghasilkan citra yang lebih tajam dan bagus karena citra dari obyektif inilah yang akan dilihat/dibesarkan oleh sistem mikroskop tsb, keuntungan mikroteleskop ini adalah gambar yang dihasilkan tegak/tidak terbalik.
Cara yang kedua, menggunakan langsung obyektif mikroskop sebagai eyepiece (okuler teleskop) dan lensa fotokopi sebagai obyektifnya. Prinsipnya adalah teleskop biasa yaitu menghimpitkan fokus antara obyektif dan okuler sehingga diperoleh kesan bayangan yang dibesarkan. Bayangan yang dihasilkan pada teleskop ini terbalik dari bendanya seperti lazimnya sebuah teleskop. Sistem fokuser dapat dibuat yang lebih baik menggunakan sistem ulir/sekrup, namun kalau kesulitan lobang bagian belakang diberi shok menggunakan gulungan kertas atau alumunium bubut sehingga bagian eyepiece/okuler dapat dimaju-mundurkan untuk mendapatkan fokus yang tepat. Bagian eyepice (okuler) juga dapat digunakan okuler milik binokuler. Kalau sudah oke tinggal taruh di atas penyangga/tripod dengan dudukan/mounting yang telah kita siapkan.
Untuk finder (pembidik) dapat digunakan bekas binokuler kecil 7×35 yang diambil satu bagiannya yang memiliki pengatur fokus saya tempatkan di atas teleskop menggunakan penjepit alumunium, kecuali untuk membidik juga biar teleskop kelihatan keren. Akhirnya dengan sedikit ketelatenan dan keuletan kita akan bisa memiliki sebuah teleskop yang tidak kalah dengan buatan pabrik itu dan siap kita gunakan.
Nah, setelah dicoba ternyata teleskop cukup bagus saat diarahkan ke permukaan bulan, beberapa kawah terlihat cukup jelas disana. Bahkan saat kamera digital ikut mengintip melalui eyepicenya hasilnyapun lumayan… Idealnya juga kalau di indonesia ada yang jual cermin teleskop atau lensa dan eyepiece kita bisa banyak berkreasi dengan teleskop. Bahkan mungkin bisa diadakan lomba merakit teleskop antar amatir untuk memajukan astronomi Indonesia.
Dan bagi teman-teman yang berminat membuat teleskop seperti ini silahkan searching di google ya dengan katakunci “teleskop lensa fotokopi” atau bisa bergabung di group media sosial seperti misalnya grup Facebook ini : Grup DIY Telecopy. Selamat berkarya.
Oleh: Mutoha Arkanuddin