Komet Pons-Brooks yang disebut para astronom sebagai “Devil Comet” akan kembali mengunjungi sistem tata surya kita pada 21 April 2024 mendatang. Komet bernama resmi 12/P Pons-Brooks ini muncul di dalam sistem tata surya setiap 71 tahun sekali. Dijuluki “iblis” karena komet memiliki dua “tanduk” gas dan debu yang terbentuk dari letusan tak biasa. Komet ini akan menjadi objek langit yang menarik untuk diamati pada 2024. Menariknya, komet ini akan muncul di titik terdekat dengan Bumi dan Matahari. Meski begitu, kemunculan komet iblis tidak berbahaya bagi bumi.
Menurut para astonom, ada kemungkinan komet raksasa ini juga dapat terlihat dengan mata telanjang saat gerhana matahari pada 8 April 2024 esok. Komet 12/P Pons-Brooks bisa memberikan kesempatan bagi para penikmat benda langit untuk melihat wujud komet dari jarak relatif dekat. Jika kondisi langit bersih dan cukup gelap, para astronom mengatakan masyarakat seluruh dunia bisa melihatnya dengan mata telanjang. Sejauh ini, para astronom sudah bisa melihat pergerakan komet tersebut melalui teleskop khusus yang canggih. Komet iblis terdeteksi muncul dua kali dalam kurun waktu empat bulan terakhir, yakni pada Juli 2023 dan awal Oktober 2024. Saat gerhana matahari nanti, Komet Pons-Brooks seharusnya berada di dekat Jupiter selama gerhana.
Untuk menemukannya, para astronom menyarakan untuk melihat ke kiri matahari yang sepenuhnya terhalang. Sekitar sepanjang tangan jauhnya akan ada Jupiter, yang akan terlihat seperti titik terang, seperti bintang. Dengan menggunakan planet sebagai referensi, kamu mungkin menemukan komet di dekatnya saat memindai sekitarnya dengan teropong. Pada dasarnya, komet terdiri dari debu, gas beku, es, dan bebatuan yang terikat karena pembentukan tata surya. Semakin dekat dengan matahari, suhu pada komet akan menghangat dan warnanya menjadi cerah. Sedangkan es akan berubah menjadi gas dan menghilangkan debu. Debu akan berubah membentuk ekor yang kerap diasosiasikan dengan komet. Sebelumnya komet iblis mengalami letusan terdahsyat, sehingga kemungkinan akan kehilangan tanduknya yang ikonik.
Letusan di komet vulkanik raksasa yang melaju menuju Matahari itu terjadi pada November 2023. Selain membuat kehilangan tanduknya, letusan itu terlacak memicu warna hijau langka dan ‘bayangan’ misterius.
Komet ini adalah komet kriovolkanik, atau gunung berapi dingin, yang terdiri dari cangkang es, atau inti, berisi es dan gas. Ketika komet menyerap cukup banyak radiasi Matahari, bagian dalam komet yang membeku, atau cryomagma, menjadi sangat panas. Tekanan meningkat di dalam inti hingga cangkangnya retak dan isi komet yang sedingin es menyembur ke luar angkasa. Setelah letusan, koma komet (awan kriomagma dan debu yang tidak jelas dan memantulkan cahaya) mengembang dan membuat komet tampak lebih terang bagi para astronom karena memantulkan sinar matahari.
Setiap kali komet meledakkan bagian atasnya, komanya meluas menjadi bentuk tidak beraturan dengan “jalur gelap” yang membuatnya tampak seperti tumbuh sepasang tanduk. Pada 14 November 2023, 12P kembali mengalami letusan besar, letusan paling ekstrem sejauh ini. Para astronom menyaksikan komet tersebut untuk sementara menjadi 100 kali lebih terang dari biasanya pada hari-hari berikutnya seiring dengan meluasnya komanya.
12P/Pons–Brooks merupakan komet periodik dengan periode orbit 71 tahun. Komet ini sesuai dengan definisi klasik komet tipe Halley dengan periode orbit antara 20 dan 200 tahun, dan juga merupakan salah satu komet periodik paling terang yang diketahui, mencapai magnitudo visual absolut ~5 saat mendekati perihelion.=10.5px Komet Pons -Brooks ditemukan di Observatorium Marseilles pada bulan Juli 1812 oleh Jean-Louis Pons, dan kemudian ditemukan pada tahun 1883 oleh William Robert Brooks.